Maksud & Tujuan
Maksud : Untuk mengetahui dan memahami mekanisme proses serta cara kerja dari mesin-mesin tenun mulai dari persiapan pertenunan sampai proses pertenunan.
Tujuan : - Memahami & mengamati bentuk mesin-mesin tenun.
- Mengetahui fungsi dari masing-masing mesin .
- Mengetahui proses pembuatan kain tenun dengan ATM maupun ATBM
- Membedakan cara kerja antara ATM dan ATBM.
- Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari mesin ATM dan ATBM
Proses persiapan pertenunan bertujuan untuk memperbaiki sejauh mungkin kualitas benang sehingga dalam proses selanjutnya tidak mengalami banyak kesulitan,kemacetan atau banyak menimbulkan noda-noda karena rusak.Selain itu,membuat gulungan yang sesuai dengan proses selanjutnya,baik dalam bentuk maupun volumenya.Sebelum masuk ke persiapan pertenunan dan proses perenunan,beberapa hal yang harus diketahui yaitu :
Pengetahuan nomor benang
Teknik menyambung benang
Pengetahuan nomor benang
Penomoran benang adalah perbandingan panjang dan berat benang.
Penomoran benang dilakukan untuk menyatakan kehalusan dari sehelai benang, kita dapat mengukur diameternya sepewrti kawat, hal ini disebabkan karena bentuk penampang yang tidak menentu, serta ketidak rataan diameter benang. Oleh karena itu kehalusan benang dinyatakan dengan perantaraan suatu perbandingan antara panjang dan beratnya.
Nomor benang = Panjang (P)
Berat (B)
Sistem penomoran benang terbagi menjadi 2 yaitu :
1.Sistem penomoran langsung/panjang tetap(direct system)
Yaitu semakin besar/kasar benangnya maka makin besar juga nomornya dan makin kecil atau halus benangnya maka semakin kecil nomornya
Rumus untuk menghitung no benang :
N = U x B
P
Ket : N = nomor benang
U = panjang untaian standar
B= berat benang
P = panjang benang
Yang termasuk dalam sistem penomoran ini :Titer denier(Td), Dram,Grex,dll.
2. Sistem penomoran tidak langsung/berat tetap (indirect system)
Yaitu semakin besar atau kasar benangnya maka akan semakin kecil nomornya. Dan makin kecil atau halus benangnya maka makin tinggi nomornya.
Rumus untuk menghitung no benang :
N = P/ U x B
Ket : N = Nomor benang
P = Panjang benang
U = Panjang untaian standar
B = Berat benang
Yang termasuk sistem penomoran ini : Ne dan Nm
Teknik menyambung benang
Selain dari system penomoran benang, dalam persiapan pertenunan juga terdapat teknik penyambungan benang. Penyambungan dapat dilakukan dengan tangan atau dapat pula dengan alat penyambung. Penyambungan dengan tangan dilakukan dengan cara menyambungkan tiap helai ujung benang satu per satu dari mulai sisi sebelah kanan hingga semua benang habis tersambung. Bentuk simpul yang biasa dipergunakan adalah bentuk weaver knot atau bentuk lilitan dengan mempergunakan minyak. Cara yang terakhir ini biasa dilakukan pada benang lusi yang halus. Sedangkan untuk benang-benang yang kasar biasa dilakukan penyambungan. Cara lain penyambungan dapat pula dilakukan dengan mempergunakan dengan alat weaver knotter. Cara ini penyambungan akan lebih cepat serta menghasilkan sambungan yang ujung-ujungnya relatif lebih rendah dan sama panjang. Pada penyambungan benang hendaknya diusahakan ujung-ujungnya agar sependek mungkin sehingga mempermudah proses jalannya benang pada waktu penarikan melewati dropper, mata gun dan sisir tenun. Penarikan hendaknya dilakukan dengan hati-hati agar supaya lilitan atau sambungan tidak terlepas kembali.. Proses penarikan dianggap cukup jika simpul-simpul sambungan semuanya telah melewati penjepit kain.(ring staple).
Sistem penyambungan dilihat dari prosesnya terbagi 3 macam yaitu :
1. Sistempenyambungan benang dengan tangan
a. Sambungan berbutir (spot knotted)
Biasanya sambungan ini diterapkan pada benang filamen. Kelemahan sambungan ini adalah mudah lepas kembali pada saat ditarik, karena ujung sambungan kurang panjang, atau benang yang licin, atau dalam penyambungan benang dengan nomer yang berbeda.
b. Sambungan pilinan
Sifatnya hanya sementara saja, digunakan pada mesin tenun yang memakai 2 boom / jacquard berfungsi untuk melewatkan lusi dari beam ke sisir tenun (reed).
c. Sambungan mati
Sambungan ini hanya digunakan untuk menyambung benang dengan nomer yang sama, khususnya untuk benang filamen. Sambungan ini tidaklah stabil sehingga mudah menimbulkan gaya torsi pada saat-saat ada tegangan yang akan mengganggu dalam proses pertenunan.
a. Sambungan tenun (weave knot)
Jenis sambungan ini adalah jenis sambungan yang sering digunakan pada proses pertenunan. Ada beberapa jenis sambungan tenun yang disesuaikan dengan sifat dan bahan dari benang tersebut. Jenis sambungan tersebut adalah:
1. Sambungan tenun untuk benang filamen.
2. Sambungan tenun untuk benang wool.
3. Sambungan tenun untuk benang staple.
1. Sistem penyambungan benang dengan alat (knotter)
2. Sistem penyambungan benang dengan mesin (tying machine)
Yaitu dilakukan pada saat proses penggantian beam lusi yang kosong dan dalam posisi benang putus, dengan catatan kontruksi kain sama , jumlah lusi sama, lebarnya sama, dan tetal lusinya sama (tying head)
Dalam proses pertenunan juga diperlukan benang lusi dan benang pakan dalam berbagai bentuk.
Macam-macam dari bentuk gulungan benang :
- Cop
- Cone
- Cheese
- Streng
- Bobin cakra
- Palet
Dalam proses pertenunan terdapat 2 proses yaitu :
1. Proses persiapan pertenunan (pre-weaving)
2. Proses pertenunan ( weaving )
Proses persiapan pertenunan :
Benang lusi
|
Benang pakan
|
1. Penyetrengan
|
1. Penyetrengan
|
2. Pengelosan
|
2. Pengelosan
|
3. Penggintiran
|
3. Pemaletan
|
4. Penghanian
| |
5. Pencucukan
| |
6. Penyambungan
|
Sumber : http://www.slideshare.net/AngGaBae/savedfiles?s_title=pertenunan&user_login=septianraha
Untuk proses penenunan memang membutuhkan persiapan yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas benang dalam proses agar tidak mengalami banyak kesulitan. Terima kasih untuk informasinya mengenai pertenunan.
ReplyDeletehelo mas anggaaa
ReplyDeletenice info makasih yah kak
ReplyDeletetepung kentang