Wednesday, 18 September 2013

KEUTAMAAN ILMU

3 komentar
KEUTAMAAN ILMU, BELAJAR ILMU dan MENGAJARKAN ILMU


 Alhamdulillah minggu ini ada beberapa pelajaran agama yang bisa saya share di blog ini.  Kebetulan malam senin kemaren saya ngaji bandongan "belajar" Kitab al-Targhib wa al-Tarhib yang dikarang oleh al-Hafiz al-Munziri. Guru pengampunya ialah ustadz putut dari desa Tegalsari, Ngemplak, Sleman. Ngaji bandongan kali ini merupakan yang pertama kalinya. Jadi sebelum memulai membahas isi/ kandungan hadis yang ada dalam kitab al-Targhib wa al-Tarhib diawali terlebih dahulu dengan perkenalan.
Antara santri dan sang ustadz. Hal ini walaupun di lihat sepele dan kecil tapi memberikan dampak yang sangat luar biasa terhadap kelancaran proses belajar-mengajar. Karena akan lebih mudah menyerap ilmu yang diajarkan oleh orang yang telah kita kenal dan kita percayai. Bukan kah tujuan berkenalan untuk saling mengakrabkan diri dan menjadi kenal satu sama lain. Hehe
Karena pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang dan tak sayang maka tak cinta, kalo udah tak cinta maka gimana ilmu yang diajarkan mua masuk dan meresap ke hati??
Baiklah, hadis pertama yang terdengar dari mulut ustadz Putut saat mulai mebaca kitab nya ialah hadis dari Bukhari dan Muslim Barangsiapa yang Allah menghendaki kebaikan padanya, maka Allah akan membuat dia faham dalam agama.
Hadis ini menurut pandangan pribadi saya menerangkan bahwa seseorang yang di beri kemudahan dalam mempelajari ilmu agama dan cepat faham serta pandai agamanya tentunya akan selalu mengamalkan ilmu yang dimilikinya. Sebab agama menganjurkan untuk mengamalkan setiap ilmu yang kita miliki agar menjadi sebaik-baik manusia yaitu manusia yang bermanfaat bagi sesama. Jika ia konsisten dalam mengamalkan ilmu agama maka ia akan selalu berada di jalan keridhoan Allah SWT. Dan tidak di pungkiri setiap orang yang mengamalkan ilmu agamnya pasti akan selalu mendapat predikat sosial yang baik di masyarakat.
Hadis selanjutnya yang saya pelajari dalam kitab al-Targhib wa al-Tarhib ialah Mencari ilmu adalah fardlu atas setiap muslim.” (H.R Ahmad). ILMU MANA? Ilmu yang dengannya dia bisa melakukan ibadah yang wajib ia kerjakan atau dengannya ia bisa melakukan mu’amalah yang harus dia kerjakan.
Lengkapnya seperti ini menurut Abu Ahmad Topan Setiadipura M.Si
Ketua Yayasan Islam Nurmadinah
l  Hukumnya Fardlu ‘ain, yaitu mempelajari ilmu yang dijelaskan diatas.
l  Hukumnya Fardlu kifayah, yaitu mempelajari ilmu yang dibutuhkan oleh manusia dalam urusan dunia dan agama.
l  Hukumnya Sunnah, yaitu mempelajari ilmu yang merupakan pendalaman dari ilmu diatas.
 Lalu dilanjutkan dengan hadis “barangsiapa yang meningggal saat menuntut ilmu, ketika dia bertemu dengan Allah, maka hanya derajat kenabian yang membedakannya dengan para Nabi.” Hadis ini menjelaskan bahwa manusia yang menuntut ilmu dan menemuia ajalnya saat ia menuntut ilmu maka di akhirat kelak jika ia bertemu dengan Allah SWT maka derajatnya akan sama dengan para Nabi kecuali yang membedakannya hanya derajat kenabian karena ia bukan seorang nabi.
Jadi seseorang tersebut memilki kedudukan yang sama seperti para Nabi di akhirat kelak. Betapa mulianya orang yang berilmu, menuntut ilmu dan mengajarkan ilmu. Serta banyaknya penghargaan yang diberikan Allah SWT kepada orang-orang tersebut. Dan satu hal yang ingin saya sampaikan disini bahwa tanpa ilmu akan sia-sia belaka amal dan ibadah yang kita lakukan. Sebab “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.” (Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15)
Bagaimana tidak setiap amal ibadah yang kita lakukan pastinya memilki aturan-aturan dan tata cara dalam melaksanakannya. Apabila seorang tersebut tidak berilmu bagaimana bisa ia melakukan amal ibadah itu sesuai dengan yang dianjurkan agama. Ingat ibadah tanpa ilmu = sia-sia dan ilmu tanpa amal = percuma. Sekian & Terimakasih atas kunjungannya