Tuesday 22 October 2013

PERTENUNAN



Maksud & Tujuan
 Maksud  : Untuk mengetahui dan memahami mekanisme proses serta                                                                   cara kerja dari mesin-mesin tenun mulai dari persiapan                                                                           pertenunan sampai proses pertenunan.
 Tujuan    :  - Memahami & mengamati bentuk mesin-mesin tenun.
                         - Mengetahui fungsi dari masing-masing mesin .
      - Mengetahui proses pembuatan kain tenun dengan ATM maupun ATBM
      - Membedakan cara kerja antara ATM dan ATBM.
      - Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari mesin ATM dan ATBM

           
      Proses persiapan pertenunan bertujuan untuk memperbaiki sejauh mungkin kualitas benang sehingga dalam proses selanjutnya tidak mengalami banyak kesulitan,kemacetan atau banyak menimbulkan noda-noda karena rusak.Selain itu,membuat gulungan yang sesuai dengan proses selanjutnya,baik dalam bentuk maupun volumenya.Sebelum masuk ke persiapan pertenunan dan proses perenunan,beberapa hal yang harus diketahui yaitu :
*       Pengetahuan nomor benang
*       Teknik menyambung benang


Pengetahuan nomor benang
Penomoran benang adalah perbandingan panjang dan berat benang.
Penomoran benang dilakukan untuk menyatakan kehalusan dari sehelai benang, kita dapat mengukur diameternya sepewrti kawat, hal ini disebabkan karena bentuk penampang yang tidak menentu, serta ketidak rataan diameter benang. Oleh karena  itu kehalusan benang dinyatakan dengan perantaraan suatu perbandingan antara panjang dan beratnya.

Nomor benang = Panjang (P)  
                    Berat (B)


Sistem penomoran benang terbagi menjadi 2 yaitu :
      1.Sistem penomoran langsung/panjang tetap(direct system)
Yaitu semakin besar/kasar benangnya maka makin besar juga nomornya dan makin kecil atau halus benangnya maka semakin kecil nomornya
                  Rumus untuk menghitung no benang :

N =   U x B
        P

Ket : N = nomor benang
         U = panjang untaian standar
          B= berat benang
          P = panjang benang
Yang termasuk dalam sistem penomoran ini :Titer denier(Td), Dram,Grex,dll.   

      2.  Sistem penomoran tidak langsung/berat tetap (indirect system)
Yaitu semakin besar atau kasar benangnya maka akan semakin kecil   nomornya. Dan makin kecil atau halus benangnya maka makin tinggi nomornya.
         Rumus untuk menghitung no benang :

                   N  =       P/ U x B

 Ket : N = Nomor benang
              P = Panjang benang
              U = Panjang untaian standar
              B = Berat benang
     Yang termasuk sistem penomoran ini : Ne dan Nm

Teknik menyambung benang

Selain dari system penomoran benang, dalam persiapan pertenunan juga terdapat teknik penyambungan benang. Penyambungan   dapat dilakukan dengan  tangan  atau dapat  pula dengan alat penyambung. Penyambungan  dengan tangan dilakukan dengan  cara menyambungkan tiap  helai ujung benang satu per satu dari  mulai sisi  sebelah  kanan hingga semua  benang habis  tersambung. Bentuk simpul  yang  biasa  dipergunakan adalah  bentuk weaver knot atau  bentuk lilitan  dengan mempergunakan  minyak. Cara  yang  terakhir  ini biasa  dilakukan  pada  benang lusi  yang  halus.  Sedangkan  untuk  benang-benang yang  kasar  biasa  dilakukan  penyambungan. Cara lain penyambungan dapat pula  dilakukan dengan  mempergunakan dengan  alat  weaver  knotter.  Cara ini penyambungan  akan  lebih  cepat serta  menghasilkan  sambungan yang  ujung-ujungnya relatif  lebih  rendah dan  sama  panjang. Pada  penyambungan  benang  hendaknya diusahakan ujung-ujungnya  agar sependek  mungkin sehingga  mempermudah  proses jalannya  benang  pada  waktu  penarikan  melewati  dropper, mata gun dan  sisir tenun. Penarikan  hendaknya  dilakukan dengan  hati-hati  agar  supaya lilitan  atau  sambungan tidak  terlepas  kembali.. Proses  penarikan  dianggap  cukup jika  simpul-simpul  sambungan  semuanya  telah  melewati penjepit  kain.(ring staple).
Sistem penyambungan dilihat dari prosesnya terbagi 3 macam yaitu :
1.  Sistempenyambungan benang dengan tangan
a.  Sambungan berbutir (spot knotted)
       Biasanya sambungan ini diterapkan pada benang filamen. Kelemahan sambungan ini adalah mudah lepas kembali pada saat ditarik, karena ujung sambungan kurang panjang, atau benang yang licin, atau dalam penyambungan benang dengan nomer yang berbeda.
b.  Sambungan pilinan
      Sifatnya hanya sementara saja, digunakan pada mesin tenun yang memakai 2 boom / jacquard berfungsi untuk melewatkan lusi dari beam ke sisir tenun (reed).

c.  Sambungan mati
     Sambungan ini hanya digunakan untuk menyambung benang dengan nomer yang sama, khususnya untuk benang filamen. Sambungan ini tidaklah stabil sehingga mudah menimbulkan gaya torsi pada saat-saat ada tegangan yang akan mengganggu dalam proses pertenunan. 

a.  Sambungan tenun (weave knot)
Jenis sambungan ini adalah jenis sambungan yang sering digunakan pada proses pertenunan. Ada beberapa jenis sambungan tenun yang disesuaikan dengan sifat dan bahan dari benang tersebut. Jenis sambungan tersebut adalah: 

                  1. Sambungan tenun untuk benang filamen.
                  2. Sambungan tenun untuk benang wool.
                  3. Sambungan tenun untuk benang staple.
1.  Sistem penyambungan benang dengan alat (knotter)


2.  Sistem penyambungan benang dengan mesin (tying machine)
Yaitu dilakukan pada saat proses penggantian beam lusi yang kosong dan dalam posisi benang putus, dengan catatan kontruksi kain sama , jumlah lusi sama, lebarnya sama, dan tetal lusinya sama (tying head)

Dalam proses pertenunan juga diperlukan benang lusi dan benang pakan dalam berbagai bentuk.
Macam-macam dari bentuk gulungan benang :
-       Cop
-       Cone
-       Cheese
-       Streng
-       Bobin cakra
-       Palet

Dalam proses pertenunan terdapat 2 proses yaitu :
1. Proses persiapan pertenunan (pre-weaving)
2. Proses pertenunan ( weaving )

Proses persiapan pertenunan :
Benang lusi
Benang pakan
1. Penyetrengan
1. Penyetrengan
2. Pengelosan
2. Pengelosan
3. Penggintiran
3. Pemaletan
4. Penghanian

5. Pencucukan

6. Penyambungan



Sumber : http://www.slideshare.net/AngGaBae/savedfiles?s_title=pertenunan&user_login=septianraha
                             

3 komentar:

  1. Untuk proses penenunan memang membutuhkan persiapan yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas benang dalam proses agar tidak mengalami banyak kesulitan. Terima kasih untuk informasinya mengenai pertenunan.

    ReplyDelete

anggamadi@gmail.com